Wednesday 7 December 2016

2016.

Gak terasa yah, udah akhir tahun saja. --> Kalimat ini sudahlah tak asing terdengar di telinga kita.
2016 ini tahun yang sungguh aneh, di awal tahun yakin banget ini tuh tahunnya aku, memasuki bulan ke 7,8,9 dan seterusnya loh kok gini, loh kok gitu. Beberapa pernyataan ini keluar dari mulut beberapa teman baik. Dan aku hanya bisa tertawa, karena pada kenyataannya ya sama aja dengan yang aku rasakan. Semua berjalan secara up-down, zig-zag, untung aja ga salto-salto. Tahun ini tuh kalo diibaratin sesuatu, mungkin kurang lebih mirip ke tipikal orang yg pdkt excited di awal namun di akhir blah bloh blah bloh, ah ela begini toh hmm oke skip.

Hei 2016, kamu tuh pahit-pahit asin tetapi kok berkesan ya. Jika 2017 gak dihadirkan manis, setidaknya asem-asem seger juga gapapa deh. Tetap sehat, kuat, dan bahagia dian! Karena 2017 pasti akan ada saja hal-hal di luar nalar sepaket dengan dihadirkan pilihan-pilihan yang akhirnya membuat sebuah kesepakatan baru dan pertanggungjawaban atas pilihan tersebut. Dadahh 2016, walau belum berakhir, tapi terima kasih loh atas peluk hangatnya.

bye bye, 2016.
Terima kasih.


Friday 25 March 2016

Langit.


Terima kasih ya.
Engkau selalu berhasil memulangkanku secara utuh.
-dian.



Tuesday 15 March 2016

-ada-

Jika dinding bisa berbicara dan lantai bisa menampar, memaknai penolakan adalah awal penerimaan yang sesungguhnya. Merajut dengan napas pun, kerap kali menimbulkan banyak prasangka. Tidak memenjarakan keyakinan merupakan awal baik agar menjadikannya ada, apapun yang dirajut dengan napas.

Tuesday 2 February 2016

Pagi.

Pagi ini, hujan datang menghampiri jendelaku.
Awalnya ia malu, tapi perlahan ia mulai berani.
Aku tidak suka hujan tetapi tidak juga membencinya.
Hujan mengingatkanku akan berbagai hal yang pernah ku alami tapi ia juga yang mengingatkanku akan kebesaran yang kuasa.
Peduli apa hujan dengan banjir yang akan datang setelahnya? Peduli apa hujan dengan riuhnya kemacetan imbas dari banjir? Peduli apa hujan dengan basahnya pakaian orang-orang yang berjalan tanpa ada persiapan membawa payung sebelumnya? Hujan gak pernah peduli apa-apa.
Hujan hanya peduli akan sebuah pengakuan. Pengakuan kalau kedatangannya hanyalah sesuai perintah-Nya dan kita harus siap menerima itu.
Sama dengan kenyataan,"Segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apapun yang akan terjadi, pasti terjadi." Seperti itulah kira-kira konsep hujan yang aku tangkap.
Sekarang ia berhenti (gumamku),  Ia juga yang mengaburkan lamunanku melalui angin yang berembus ditelinga yang seolah-olah membisikkan sudah waktunya mandi nak, sambut pagimu dengan kesiapan.

Mata Elang

Kumpulan #ceritadian yang diukir dengan bahasa sederhana, disampaikan melalui tulisan dan berharap diterima dengan senang hati.